Direktur PMD Kemendesa Menjawab Persoalan Dibalik Pengumuman Hasil Tes Pendamping Desa
Direktur PMD Kemendesa Menjawab Persoalan Dibalik Pengumuman Hasil Tes Pendamping Desa - Direktur Pemberdayaan
Masyarakat Desa (PMD) Kemendesa PDTT Taufiq Madjid tidak menampik beragam
persoalan di seputar pengumuman hasil tes tertulis pendamping Desa 2016. Namun,
menurutnya, persoalan tersebut tidak semuanya semata-mata kesalahan timsel (tim seleksi). Di
beberapa kasus, masalah tersebut datang dari peserta itu sendiri. ”Seperti
email peserta yang tidak valid yang membuat pengumuman tes tidak sampai ke
mereka,” ujarnya, kemarin.
Dirjen PPMD Ahmad Erani Yustikan dan Direktur PMD Taufik Madjid |
Terkait penilaian yang berubah di Jawa Tengah, kata
dia, adalah kesalahan timsel. Diakuinya, semula timsel Jateng mengupload hasil
penilaian dengan sistem benar satu dinilai dua poin. Padahal, sistem penilaian
Kemendesa PDTT benar satu tetap dinilai dengan satu poin.
Perbedaan sistem penilaian tersebut yang menyebabkan
hasil tes tulis berubah-ubah. ”Untuk lebih jelasnya langsung klarifikasi ke
Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman) saja,” jelasnya. Khusus Jawa Tengah,
penyelenggaran tes tulis dan psikotes dilaksanakan di Unsoed.
Sementara, terkait nomor urut yang tidak lazim di
Sulawesi Tenggara, Taufiq mengakui bahwa hal itu merupakan kesalahan tim IT
(informasi teknologi) provinsi setempat. Taufiq mengklaim, kesalahan itu sudah
diperbaiki. ”Yang jelas, tidak ada politisisasi dalam rekrutmen ini. Kalau
memang ada politik, tolong dibuktikan,” tegasnya.
Taufiq mengakui, beragam persoalan itu membuat jumlah
peserta yang tidak lolos tes tulis semakin menyusut. Sebelumnya, peserta yang
lolos hanya 14.092 dari 100.460 pendaftar.
Saat ini, kata dia, peserta tidak lolos menjadi
10.400. Angka itu jauh dari kuota pendamping desa, yakni 19.096. ”Angka pastinya kami belum tahu, tapi kurang
lebih segitu (10.400),” imbuhnya memperkirakan.
Lebih jauh, Taufiq menyebut saat ini tahapan rekrutmen
sudah sampai tahapan psikotes. Mayoritas provinsi, kata dia, melaksanakan tes
kejiwaan pada Sabtu (4/6).
Diakuinya, jumlah calon pendamping Desa tidak menutup
kemungkinan akan terus menurun seiring banyaknya peserta yang tidak lolos
tahapan psikotes. ”Akhir Juni kami targetkan sudah sampai pelatihan,”
tandasnya, meyakinkan.
Sementara itu, pengumuman hasil tes tulis Pendamping
Desa 2016 juga mendapat sorotan sejumlah kalangan. Terutama terkait Rendahnya
presentase kelulusan. Direktur Eksekutif Sekretariat Pemberdayaan Desa Iwan
Sulaiman Soelasno, mengatakan, angka jeblok tersebut tidak lepas dari beragam
keluhan yang disampaikan peserta tes.
Keluhan itu antara lain mepetnya jadwal tes dengan
pengumuman yang disampaikan penyelenggara ke peserta. Pemberitahuaan jadwal tes
melalui surat elektronik (email) tersebut membuat persiapan peserta menjadi
tidak maksimal. Keluhan itu mayoritas dialami peserta di seluruh provinsi.
Persoalan lain, yakni pengumuman tes yang
membingungkan. Hasil penelusurannya, nilai tes yang diumumkan melalui website
Kemendes PDTT pada Rabu (1/6) lalu kerap berubah-ubah.
Contoh perubahan itu, peserta A yang semula dinyatakan
lolos dengan nilai diatas passing grade mendadak tidak lolos tanpa alasan
jelas. Kasus tersebut menimpa beberapa peserta di Provinsi Jawa Tengah.
Tidak hanya itu, penelurusan Jawa Pos, ada pula
pengumuman tes yang penulisan nomor urutnya tidak lazim. Umumnya, urutan nomor
diawali dari satu dan seterusnya.
Namun, pada pengumuman untuk Provinsi Sulawesi
Tenggara tersebut urutan nomor justru lompat-lompat. Akibatnya, jumlah peserta
yang lolos di provinsi itu tidak bisa dihitung secara pasti.
Menurut Iwan, beragam persoalan itu bisa memunculkan
stigma negatif di kalangan peserta dan masyarakat pada umumnya. Semestinya,
kata dia, Kemendes PDTT dan tim seleksi (timsel) di masing-masing provinsi
mempersiapkan tes tersebut jauh-jauh hari. ”Jangan-jangan tes kali ini disisipi
politik juga seperti (rekrutmen) sebelumnya,” sindirnya.